(referensi http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/10/09/08/134056-mengenal-al-khazin-ahli-matematika-dan-astronomi-islam )
Dari wilayah Marv, Khurasan, Iran, lahir seorang ahli matematika
terkemuka di dunia Islam. Dia bernama Abu Ja'far Muhammad bin Muhammad
Al-Husayn Al-Khurasani Al Khazin. Keahliannya dalam menyajikan rumus dan
metode perhitungan untuk menguraikan soal-soal rumit begitu dikagumi
dan dijadikan rujukan hingga berabad-abad kemudian.
Tidak
diketahui secara pasti tahun kelahiran tokoh ini. Akan tetapi, para
sejarawan memperkirakan Al-Khazin meninggal dunia antara 961 dan 971
Masehi. Selain dikenal sebagai ahli matematika, semasa hidup ia juga
seorang fisikawan dan astronom yang disegani.
Merujuk pada
sejumlah catatan sejarah, Al-Khazin merupakan satu dari sekian banyak
ilmuwan yang telah lama dilupakan. Namanya baru mencuat kembali pada
masa-masa belakangan ini. Di dunia Barat, Al-Khazin dikenal sebagai
Alkhazen. Ejaan dalam bahasa Eropa menyebabkan ketidakjelasan identitas
antara dia dan Hasan bin Ibnu Haitsam.
Hal inilah yang merupakan
salah satu penyebab nama Al-Khazin sedikit tenggelam. Al-Khazin
merupakan ilmuwan zuhud. Dia menjalani hidup sederhana dalam hal
makanan, pakaian, dan sebagainya. Ia sering menolak hadiah para penguasa
dan pegawai kerajaan agar tidak terlena oleh kesenangan materi.
Beberapa
guru tenar menghiasi rekam jejak Al-Khazin saat masih menimba ilmu.
Salah satu gurunya bernama Abu Al-Fadh bin Al-Amid, seorang menteri pada
masa Buwayhi di Rayy. Al-Khazin menuangkan pemikirannya dalam sejumlah
risalah bidang matematika dan telah memperkaya khazanah keilmuan di
dunia Islam.
Sebut saja, misalnya Kitab al-Masail al-Adadiyya
yang di dalamnya tercantum karya Ibnu Majah, yaitu al-Fihrist edisi
Kairo, Mesir. Karyanya yang paling terkenal adalah Matalib Juziyya mayl
alMuyul al-Juziyya wa al-Matali fi al-Kuraal Mustakima. Seluruh
kemampuan intelektualnya dia curahkan pada karya ini.
Termasuk
perhitungan rumus teorema sinus untuk segitiga. Seperti tercantum dalam
buku al-Fihrist edisi Kairo, AlKhazin pernah memberikan komentar ilmiah
terhadap buku Element yang ditulis ilmuwan Yunani, Euclides, termasuk
bukti-bukti yang diuraikannya menyangkut kekurangan serta kelemahan
pemikiran Euclides.
Kontribusi luar biasa Al-Khazin mencakup
peragaan rumus untuk mengetahui permukaan segitiga sebagai fungsi
sisisisinya. Ia mengambil metode penghitungan setiap sisi kerucut.
Dengan itu, dirinya berhasil memecahkan bentuk persamaan x3 + a2b = cx2.
Di ranah matematika, persamaan itu sangat terkenal.
Ini
merupakan sebuah soal matematika rumit yang diajukan oleh Archimedes
dalam bukunya The Sphere and the Cylinder. Sayangnya, seperti disebutkan
pada buku Seri Ilmuwan Muslim Pengukir Sejarah, sekian banyak teks dan
risalah ilmiah Al-Khazin tak banyak tersisa pada masa kini.
Hanya
beberapa saja yang masih tersimpan, di antaranya komentarnya terhadap
buku ke10 dari Nasr Mansur dalam Rasail Abi Nasr ila al-Biruni. Jejak
keilmuan Al-Khazin juga dapat ditelusuri dalam lingkup astronomi. Dia
mengukir prestasi gemilang melalui karyakaryanya. Salah satu yang
berpengaruh adalah buku berjudul Zij as Safa'ih.
Al-Khazin
mempersembahkan karya itu untuk salah satu gurunya, Ibnu Al Amid. Ia
juga membahas tentang peralatan astronomi untuk mengukur ketebalan udara
dan gas (sejenis aerometer). Saat nilai ketebalan bergantung pada suhu
udara, alat ini merupakan langkah penting dalam mengukur suhu udara dan
membuka jalan terciptanya termometer.
Manuskrip karya Al-Khazin
tersebut tersimpan di Berlin, Jerman, namun hilang ketika berkecamuk
Perang Dunia II. Oleh astronom terkemuka, Al-Qifti, karya itu dianggap
sebagai subyek terbaik dan sangat menarik untuk dipelajari. Buku Zij as
Safa'ih menuai banyak pujian dari para ilmuwan.
Menurut
Al-Biruni, beragam mekanisme teknis instrumen astronomi berhasil diurai
dan dijelaskan dengan baik oleh Al-Khazin. Tokoh ternama ini pun kagum
atas sikap kritis Al-Khazin saat mengomentari pemikiran Abu Ma'syar
dalam hal yang sama. Tokoh lain yang menyampaikan komentarnya adalah Abu
Al-Jud Muhammad Al-Layth.
Ia menyatakan, pendapat Al-Khazin
mengenai cara menghitung rumus chord dari sudut satu derajat. Dalam Zij
disebutkan, soal itu bisa dihitung apabila chord dibagi menjadi tiga
sudut. Sementara itu, Abu Nash Mansur memberikan koreksi atas sejumlah
kekurangan yang terdapat pada karya Al-Khazin itu.
Penetapan
inklanasi ekliptika tak luput dari perhatian Al-Khazin. Persoalan
astronomi ini sudah mengemuka sejak zaman Archimedes. Para ilmuwan
Muslim seperti Al-Mahani, meninggal pada 884 Masehi, yang pertama
mengangkat kembali tema ini. Oleh AlKhazin, hal itu kembali dipelajari
dan dia berhasil menjabarkannya dengan baik.
Menurut Al-Khazin,
pembagian bola dengan sebuah bidang datar dalam satu rasio ditentukan
dengan menyelesaikan persamaan pangkat tiga. Demikian ilmuwan ini
menyelesaikan soal astronomi tadi yang segera mendapatkan pujian dari
astronom-astronom lainnya.
Terdapat beberapa aspek penting yang
dikupas oleh Al-Khazin dalam buku astronomi yang ia tulis. Dalam Zij, ia
menunjukkan penetapan titik derajat tengah atau cakrawala yang
kemiringannya tidak diketahui sebelumnya. Ia juga mampu menghitung sudut
matahari melalui penentuan garis bujur.
Sumbangsih lain adalah
menyangkut penentuan azimut atau ukuran sudut arah kiblat dengan memakai
peralatan tertentu. Al-Khazin berhasil mengenalkan metode hitung
segitiga sferis. Komentar-komentarnya cukup mendalam terhadap karya
astronomi lain, misalnya, ia pernah menulis sebuah komentar atas
Almagest karya Ptolemeus.
Subjek yang ia bahas adalah tentang
sudut kemiringan ekliptik. Sebelumnya, rumus itu dikenalkan Banu Musa
pada 868 Masehu di Baghdad, Irak. Ia juga mencermati hasil pengamatan
AlMawarudzi, Ali bin Isa Al-Harrani, dan Sanad bin Ali. Hal ini terkait
dengan penentuan musim semi dan musim panas. Sementara itu, melalui
tulisannya yang berjudul Sirr al-Alamin, Al-Khazin mengembangkan lebih
jauh gagasan-gagasan dari Ptolemeus yang terdapat pada buku Planetary.
Jadi tambah pengetahuan ne pak... Mantap... tapi warna nya pak terlalu putih tulisannya kurang nyaman buat mata....
BalasHapus